Pages - Menu

Jumat, 16 Mei 2014

Puisi Galau Rindu Karena Cinta

    *MATA AIR DAN AIR MATA*
    Aku ingin membasuh air matamu
    Biar luka itu kering
    Dan kau bisa melukis pelangi di birunya mata air
    Tanpa air mata lagi
    Dan aku ingin menghirup mata airmu
    Biar kehausan rindu ini tergenangi



    *TANPA JUDUL*
    Di sini…
    Masih bisa kucium harum tubuhmu yg terjerat lelah
    Di sini…
    Masih kucoba meraba palung hatimu yg memadamkan perapian
    Di sini…
    Masih kubingkai bayangmu yg hilang dibalik bayang riuh tawa kemarin
    malam
    Di sini…
    Aku terbius wajahmu yg terbaring manja di peraduan
    Di sini…
    Aku mengundang semilir angin pd doa yg kubaca utk tidurmu


    *BAHAGIA DI SATU DEBU*
    Tak pernah bosan aku berharap
    Menggantungkan rindu ini pada ribuan kata yg selalu hadir
    Saat aku bisa mencium harum tubuhmu pd deretan senja hari ini
    Kemarin, esok, atau lusa…

    Satu tatap yg tercipta
    Memaksaku untuk diam di pelukan cinta
    Luruh tak tertahan
    Mengelopak pada bunga pagi
    Segar semerbak mewangikan rumah hatimu

    Bolehkah aku menengoknya sejenak?
    Andai kau ijinkan, aku ingin meraih bahagia
    Meski hanya di satu debu

    *TAK PERNAH BISA*
    Aku tak pernah bisa mencampakkan cinta yg tak pernah kau miliki
    Aku mencintaimu, tapi kau belum memiliki cintaku
    Apa yg mesti aku campakkan sementara aku tak punya apa-apa lagi
    Selain harapan satu-satunya
    Harapan agar kau menerima cintaku



    *DI MANA ALAMAT RUMAH HATIMU?*
    Ke mana hujan pergi hari ini?
    Sejenak menggoda bumi pada siang yang gerah
    Lalu hilang saat malam tengadah

    Ke mana aku harus pergi
    Saat kusadar tak ada lagi yang aku bela dari perjalanan ini
    Selain menapaki jejak lemah menuju rumah hatimu
    Tak hilang dilalap lelah
    Tak jera diremas gelisah

    Sekali aku coba lari dan mengingkari
    Seribu kali aku kembali lagi, padamu…
    Mengumpulkan semua rindu dan cinta untuk bangkit lagi
    Dalam barisan doa-doa
    Lalu rebah pasrah menunggu hadirmu
    Tanpa ragu dan tanya lagi
    Di mana kau alamatkan rumah hatimu?
    Agar aku tak salah berlari



    *DATANG MENJELANG*
    Seperti kemarau yang menanti hujan
    Kutunggu kabarmu yang masih diam
    Apakah engkau baik-baik saja?
    Seperti tanah tandus yang tersenyum karena deras merebas
    Aku hanya bisa mengucap salam dengan doa
    Agar kau tak pernah kurang
    Selalu tersenyum karena bahagia menjelang, untukmu…



    *YANG TAK TERLUPA*
    Yang tak pernah terlupa sedikitpun
    Saat ruang kosong menyekat di kepala
    Bayangmu mematuk seketika
    Merama rama tak hilang
    Melebur nyata dalam bilur rindu yang terpelihara

    Entah di mana adamu…
    Aku hanya tahu kau selalu menghadirkan getar-getar indah
    Yang kuiba menjadi bahagia
    Di setiap tarian debu dan derai gerimis yg jatuh



    *SAMAR TERJAGA*
    Ke mana dunia berpijak di senja ini?
    Tak ada kabar yang kuterima
    Selain bisikmu yang kutemui pd sisa mimpi tadi malam

    Kujaga apapun tentangmu tanpa tanya
    Meski tanda cintamu masih samar terkurung gulungan misteri
    Apalagi yg bisa kau tawarkan untukku
    Selain gelisah dan rindu yg tak pernah mati
    Menyulut cinta untuk terus menanti tanpa henti


    *
    *
    *DI UJUNG KATA-KATA*
    Lengkaplah sudah sepi ini mengurung sendiriku
    Terkulai dikunyah nelangsa yang berapi-api
    Menyusuri jalanan lengang
    Bersimbah angan tanpa tujuan

    Dalam derap gerimis yang pongah menghujam
    Terbuai wajahmu menyusup bertubi-tubi
    Membawa sebaris kata bahagia yg menenggelamkan nurani
    Di atas pengharapan tak berkesudahan

    Tentang rindu kusam
    Tentang cinta terbuang
    Mengutip satu namamu di antara keluh kesah
    Gundah gelisah, air mata, dan lara

    Masihkah ada sedikit senyum darimu
    Di batas penantianku yang kini makin terbata
    Jika masih ada ruang di hatimu
    Untukku, sedikit saja, tolong bicaralah
    Pada tanah membentang
    Pada pohon-pohon rindang
    Dan angin yang mengusik keangkuhan

    Setidaknya biar ada tanda yg bisa kubaca dan kuraba
    Janganlah sepi yang hadir
    Janganlah semu yang membeku
    Karena aku selalu berjalan menujumu



    *HANYA PADAMU*
    Mataku terpejam tak mau
    Anganku berontak tak lesu
    Merekat pada ruang kamar
    Berkutat pada riuh gaduh angin malam
    Meronta lagi getar ini
    Mengais lagi rindu bertali

    Untukmu kuasah luka
    Padamu kuasuh bahagia
    Padamu cinta ingin kuakhirkan
    Kupercayakan tanpa sebab yg harus diperdebatkan
    Hanya padamu, itu saja..


    *KATA-KATA MATI*
    Kata-kata mati mengepungku
    Terlalu banyak definisi yg hinggap hingga lidahku kelu
    Kata-kata menjadi sedemikian langka
    Seolah aku tak mampu membahasakan cintaku padamu

    Semua telah terkurung di ruang pengharapanku
    Berisi namamu serta berjuta kenangan yg hadir & kumaknai kedalamannya
    Aku tak ingin membongkarnya,
    Meski kata-kata mati telah menusukkan kesedihan di pusat jantungku


    *AKHIR TANPA PENGHABISAN*
    Inilah akhirnya…
    Aku mengakhiri jejak yg baru kutapaki
    Bukan salahmu…
    Ini semua hanya karena aku…
    Yang tak mampu menyemai benih rindu di ladangmu
    Apa dayaku jika cintaku tak lagi hadir untukmu

    Sia-sia kucoba membangun fondasi cinta ini
    Sementara di atas segalanya,
    Aku terus mengasah kesedihan penantian yang kuiba
    Tak mau lepas hingga menafikan adamu

    Maafkan untuk satu pilihan yg pahit ini
    Tapi setidaknya, lebih baik semua terbuka sedari awal
    Sebelum kebohongan terkuak di penghabisan
    Aku memilih pergi karena tak mau menyakitimu
    Aku memilih mencintai satu nama meski hanya semu

    *
    *
    *YANG TERINDAH, YANG TERDALAM*
    Segalanya telah tertebas waktu
    Aku masih terhisap sepi yang membisu
    Di ujung sapaku yang tertatih menujumu,
    Kucoba teduh dalam satu doa:
    Semoga kau tetap menjadi yang terbaik dan terindah
    Yang kutemui dalam perjalanan hidupku


    *TETAPLAH BERSAMA*
    Tetaplah bersamaku, Tuhan
    Tetaplah bersamaku, kasih
    Jika kasih tak bersamaku
    Tetaplah bersamaku, Tuhan
    Jika kasihku pergi
    Tetaplah bersamaku, Tuhan
    Kalau Tuhan tak bersamaku
    Ke mana lagi kan kucari kasihku


    *KABAR HUJAN*
    Apa kata hujan hari ini?
    Dia masih menangis sedih
    Karena bumi yg diguyurnya masih menyisakan kemarau

    Pohon-pohon belum juga menghijau
    Daunnya meranggas
    Rantingnya kurus pucat
    Hanya akarnya yang tegar menghujam
    Setia menanti hujan datang lagi di keesokan harinya
    Seperti inikah jejak yang harus kutapaki?


    *AKU PERGI*
    Setelah melintasi waktu bersimbah pesonamu
    Kini semua terasa tiada
    Makna yang terendap lama
    Dan mendekam dalam gugusan matahari
    Tak lagi bisa kuraba
    Semua seperti kembali kosong

    Harapanku akanmu,
    Seperti menemui titik penghabisannya
    Apa gerangan yg terjadi?
    Tiba-tiba aku enggan mengumbar rinduku
    Tiba-tiba aku ingin berhenti mencintaimu
    Mungkinkah karena sikapmu yg makin lama tak lagi membiusku
    Perlahan menghilang di balik dusta

    Auramu yg makin pudar oleh sikap tak pasti


Puisi Cinta

puisi cinta terlarang

Ijinkan AKu hanya sedetik menatapmu
Meski hati ini tak seharusnya menyapa harapan
harapan indah untuk bersamamu
namun ijinkan aku menatapmu,
meski untuk yang terakhir kali

Ijinkan aku bertanya kepada Tuhan
kenapa cinta ini harus hadir
dan tertaut pada mu ?
inikah ujian hati? ataukah sekedar lelucon tuhan?

airmata ini menjadi kenangan terakhir tentangmu
satu - satunya hal yang akan tetap menemaniku
saat sendiri, saat kau tak lagi disisi,
saat kau tak bisa aku miliki,

terendap laraku,
laksana luka yang tergores dari pisau berkarat
kian lama kan kian bernanah
aku takut dengan rinduku
tapi selalu menikmati rindu ini
aku cemas dengan kecemasanku
tapi aku teramat menghayati

Aku tau takan ada kebersamaan abadi untuk kami
tapi ijinkan satu detik saja
untuk menatapmu
untuk sekedar menyakinkanku
bahwa engkau bukanlah untukku

puisi perpisahan cinta

seperti dipermainkan takdir
kenapa cinta harus hadir dalam hati
jika luka yang menjadi pengikat cerita kita
jika perpisahan  yang harus dirasa

Apakah cinta ini hanya sebuah fatamorgana
yang memaksa hati untuk merasa dahaga
haus akan kasih dan sayang
atau sekedar impian semu yang takan jadi nyata

Kau hadir membawa senyum
dan kau pergi membawa senyum
tinggalah air mata yang kau sisakan
dan kesedihan yang tak berkesudahan

masih ingatkah janji yang kau ihkrarkan
tentang impian yang dibalut kesetiaan
tentang cinta abadi yang terhias kasih sayang
tentang keindahan dalam naungan kebersamaan

kini janjimu kau bawa pergi
kau berikan luka yang kau tancapkan dihati
luka abadi yang menancap jiwa
berdarah darah merintih memperparah hasratnya

semoga sakit ini membuatmu tersenyum
semoga luka ini membawamu pada kebahagian
karena disni aku tetap berdoa
ada hal terindah
disetiap perpisahan

kata kata puisi cinta sejati  pendek dan singkat  tentang cinta untuk dijadikan sms

Aku bahagia
karena hanya memiliki satu hati,
karena  cukup satu hati
yang akan aku beri
teruntuk orang yang aku cintai 
yaitu kamu
--------------------------------------------
bunga rindu pada keharumannya
mentari rindu akan cahayanya
rembulan rindu pada malam2nya
dan aku rindu pada gadis
yang tersenyum membaca sms  ini
--------------------------------------------
jangan bertanya bagaimana suatu bahasa diciptakan
karena takan ada jawabnya
jangan bertanya kenapa aku mencintaimu
karena hanya cintalah yang membuatku mencintaimu
--------------------------------------------
masa lalu adalah kenangan kita
kini adalah tempat kita menyulam cinta
esok adalah impian agar kita selalu bersama selamanya
--------------------------------------------
kita terlalu banyak meminta
sehingga lupa pada arti memberi
kita terlalu ingin dicintai
hingga lupa bagaimana indahnya mencintai
dan aku berharap
aku dapat mencintaimu
seperti ketika aku dicintai

By : http://cinta009.blogspot.com/2013/09/kumpulan-puisi-tentang-cinta-terbaru.html

Puisi Chairil Anwar

Aku
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan akan akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi



TAK SEPADAN
Aku kira:
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak dan berbahagia
Sedang aku mengembara serupa Ahasveros

Dikutuk-sumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak satu juga pintu terbuka

Jadi baik juga kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak ‘kan apa-apa
Aku terpanggang tinggal rangka

Februari 1943


Senja di Pelabuhan Kecil
Buat Sri Ayati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.


Cintaku Jauh di Pulau
Cintaku jauh di pulau
Gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya

Di air yang tenang, di angin mendayu
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”

Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.


Kawanku dan Aku
Kami sama pejalan larut
Menembus kabut
Hujan mengucur badan
Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan

Darahku mengental pekat. Aku tumpat pedat

Siapa berkata-kata?
Kawanku hanya rangka saja
Karena dera mengelucak tenaga

Dia bertanya jam berapa?

Sudah larut sekali
Hilang tenggelam segala makna
Dan gerak tak punya arti


Kepada Kawan 
Sebelum ajal mendekat dan mengkhianat,
mencengkam dari belakang ‘tika kita tidak melihat,
selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa,

belum bertugas kecewa dan gentar belum ada,
tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam,
layar merah berkibar hilang dalam kelam,
kawan, mari kita putuskan kini di sini:
Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri!

Jadi
Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan,
Tembus jelajah dunia ini dan balikkan
Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu,
Pilih kuda yang paling liar, pacu laju,
Jangan tambatkan pada siang dan malam
Dan
Hancurkan lagi apa yang kau perbuat,
Hilang sonder pusaka, sonder kerabat.
Tidak minta ampun atas segala dosa,
Tidak memberi pamit pada siapa saja!
Jadi
mari kita putuskan sekali lagi:
Ajal yang menarik kita, ‘kan merasa angkasa sepi,
Sekali lagi kawan, sebaris lagi:
Tikamkan pedangmu hingga ke hulu
Pada siapa yang mengairi kemurnian madu!!!


Doa
kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling


Kepada Peminta-minta
Baik, baik, aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku

Jangan lagi kau bercerita
Sudah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari muka
Sambil berjalan kau usap juga

Bersuara tiap kau melangkah
Mengerang tiap kau memandang
Menetes dari suasana kau datang
Sembarang kau merebah

Mengganggu dalam mimpiku
Menghempas aku di bumi keras
Di bibirku terasa pedas
Mengaum di telingaku

Baik, baik, aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku


Cerita Buat Dien Tamaela
Beta Pattirajawane
Yang dijaga datu-datu
Cuma satu

Beta Pattirajawane
Kikisan laut
Berdarah laut

Beta Pattirajawane
Ketika lahir dibawakan
Datu dayung sampan

Beta Pattirajawane, menjaga hutan pala
Beta api di pantai. Siapa mendekat
Tiga kali menyebut beta punya nama

Dalam sunyi malam ganggang menari
Menurut beta punya tifa,
Pohon pala, badan perawan jadi
Hidup sampai pagi tiba.

Mari menari!
mari beria!
mari berlupa!

Awas jangan bikin beta marah
Beta bikin pala mati, gadis kaku
Beta kirim datu-datu!

Beta ada di malam, ada di siang
Irama ganggang dan api membakar pulau...

Beta Pattirajawane
Yang dijaga datu-datu
Cuma satu


Sebuah Kamar
Sebuah jendela menyerahkan kamar ini
pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam
mau lebih banyak tahu.
“Sudah lima anak bernyawa di sini,
Aku salah satu!”

Ibuku tertidur dalam tersedu,
Keramaian penjara sepi selalu,
Bapakku sendiri terbaring jemu
Matanya menatap orang tersalib di batu!

Sekeliling dunia bunuh diri!
Aku minta adik lagi pada
Ibu dan bapakku, karena mereka berada
d luar hitungan: Kamar begini
3 x 4, terlalu sempit buat meniup nyawa!


Hampa
Kepada Sri
Sepi di luar. Sepi menekan-mendesak
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai di puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti
Sepi
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencengkung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.

PRAJURIT JAGA MALAM
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam

Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini

Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam

Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu! 

YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS 
Kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
Menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,

Malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu
Di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin

Aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;

Tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku.

RUMAHKU
Rumahku dari unggun-timbun sajak
Kaca jernih dari luar segala nampak

Kulari dari gedong lebar halaman
Aku tersesat tak dapat jalan

Kemah kudirikan ketika senjakala
Di pagi terbang entah ke mana

Rumahku dari unggun-timbun sajak
Di sini aku berbini dan beranak

Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang
Aku tidak lagi meraih petang
Biar berleleran kata manis madu
Jika menagih yang satu

27 april 1943 


PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO
Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut

Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh

SAJAK PUTIH
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku

Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah…
1944